16 research outputs found

    EFEKTIVITAS ISOLAT Trichoderma spp. DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA (Plasmodiaphora brassicae Wor.) PADA SAWI HIJAU (Brassica rapa)

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas dosis dan usia biakan dari isolat Trichoderma spp. dalam pengendalain penyakit akar gada pada tanaman sawi. RAK Faktorial digunakan pada penelitian dengan 2 faktor dan  3 ulangan. Faktor pertama adalah dosisdari isolat Trichoderma spp. yang terdiri dari 3 level dosis, yaitu 500 ml; 250 ml dan 0 ml. Faktor kedua adalah usia biakan dari isolate Trichoderma spp. yang terdiri dari 3 lever usia biakan isolate Trichoderma spp yaitu usia biakan 1 minggu; usia biakan 2 minggu dan usia biakan 3 minggu. Pada tanaman sawi yang terinfeksi penyakit akar gada, perlakuan beberapa dosis isolat Trichoderma spp. dan perlakuan beberapa usia biakan dari Trichoderma spp. memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap variabel tinggi tanaman sawi, daun tanaman sawi dan persentase penyakit. Perlakuan dari isolat Trichoderma spp. dosis 500 ml menghasilkan tinggi tanaman 21,68% dan  daun tanaman 26,63 %  lebih tinggi secara nyata dibandingkan  dengan tinggi tanaman dan  daun pada perlakuan  tanpa pemberian isolat Trichoderma spp. Perlakuan  dari isolat Trichoderma spp. dengan usia biakan 2 minggu,  menghasilkan tinggi tanaman 12,80 % dan daun 16,04% nyata lebih tinggi, dibandingkan dengan  tinggi dan daun tanaman pada perlakuan isolat Trichoderma spp. usia biakan 1 minggu . Persentase penyakit akar gada pada tanaman sawi pada perlakuan kombinasai isolat Trichoderma spp. dosis biakan 500 ml dan usia biakan isolat Trichoderma spp 2 minggu,  mencapai 0 %,  yang berarti tanpa adanya serangan penyakit akar gada. DOI: 10.37637/ab.v3i1.42

    LAGU POP BALI DALAM PELESTARIAN BUDAYA BALI

    Get PDF
    Balinese Pop Songs is an important media to help preserve Balinese culture, especially the Balinese language. In addition to the Balinese language is now increasingly less attractive to the younger generation of the main generation who were eroded by the development of globalization due to the increase in technological development. As a media, Balinese Pop Songs have been developing since the 1970s are now facing challenges in the development of the music world. Because, on the other hand, Balinese pop songs are expected to continue to exist, while on the other side, they are expected to help preserve Balinese culture. The concept of preservation published here is through the Balinese pop song Balinese language which is increasingly marginalized due to the insistence of globalization. The Balinese language which is the basis for Balinese pop songs must remain a prominent feature even though sometimes there must be Indonesian, regional and foreign languages as interludes. The use of Balinese language which dominates is certainly directly to invite listeners or viewers to participate in preserving the use of Balinese language. Balinese language as part of Balinese culture must be able to face the development of the dynamics Balinese culture

    TRADISI DAN PERUBAHAN: KAJIAN EKSISTENSI ORNAMEN PADA PELINGGIH BANGUNAN SUCI (PURA) YANG MEMANFAATKAN BATU HITAM GUNUNG AGUNG

    Get PDF
    Om Swastyastu, PENGANTAR Penelitian ini secara finansial dibiayai oleh: Dana DIPA Institut Seni Indonesia Denpasar, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan PDUPT ISI Denpasar Nomor : DIPA 023.17.2.677544/2020, Dalam hal ini kami megucapkan terimakasih kepada tim seleksi dan ketua LP2MPP institut Seni Indonesia Denpasar, karena proposal yang diajukan dengan judul: Tradisi Dan Perubahan: Kajian Eksistensi Ornamen Pada Pelinggih Bangunan Suci (Pura) Yang Memanfaatkan Batu Hitam Gunung Agung, lolos seleksi dari tim seleksi. Dalam kajian ini, pendekatan yang dipakai, menggunakan konsep tradisional dalam budaya Bali, yaitu konsep “Trikona” untuk membedah hal yang menyangkut suatu perubahan yang terjadi baik itu di alam, maupun dalam kehidupan sehari-hari, khususnya budaya Bali secara fisik, seperti perubahan dan perkembangan penggunaan material/bahan dari alam untuk bangunan pelinggih (pura), antara lain dari penggunaan bahan batu padas, beralih ke batu hitam gunung Agung. Akibat dari pemanfaatan batu hitam gunung tersebut, ornamen/ukir-ukiran yang diterapkan pada pelinggih, kebanyakan ditampilkan dalam bentuk pola-pola sederhana yang disebut dengan istilah “lelengisan”. Dalam penelitian ini, kami mencari tahu keberadaan ukiran/motifmotif hias atau ornamen dan berhubungan juga dengan keberadaan sumber daya manusia di bidang mengukir atau memahat batu hitam gunung Agung. Hasilnya apa yang tersirat dan tersurat dalam tulisan ini memberikan sebuah gambaran tentang eksistensi penerapan ornamen pada bangunan pelinggih, yang berkembang di lapangan saat ini. Namun demikian, hasil penelitian yang telah dilaksanakan, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca, memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun, untuk kesempurnaan tulisan ini di masa mendatang. Sebagai akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, telah banyak membantu dalam perwujudan tulisan ini. Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru. Om Santhih, Santhih, Santhih Om. Denpasar, September 2020 Penyusu

    Designing programs for eliminating canine rabies from islands: Bali, Indonesia as a case study

    Get PDF
    <p>Background: Canine rabies is one of the most important and feared zoonotic diseases in the world. In some regions rabies elimination is being successfully coordinated, whereas in others rabies is endemic and continues to spread to uninfected areas. As epidemics emerge, both accepted and contentious control methods are used, as questions remain over the most effective strategy to eliminate rabies. The Indonesian island of Bali was rabies-free until 2008 when an epidemic in domestic dogs began, resulting in the deaths of over 100 people. Here we analyze data from the epidemic and compare the effectiveness of control methods at eliminating rabies.</p> <p>Methodology/Principal Findings: Using data from Bali, we estimated the basic reproductive number, R0, of rabies in dogs, to be ~1·2, almost identical to that obtained in ten–fold less dense dog populations and suggesting rabies will not be effectively controlled by reducing dog density. We then developed a model to compare options for mass dog vaccination. Comprehensive high coverage was the single most important factor for achieving elimination, with omission of even small areas (<0.5% of the dog population) jeopardizing success. Parameterizing the model with data from the 2010 and 2011 vaccination campaigns, we show that a comprehensive high coverage campaign in 2012 would likely result in elimination, saving ~550 human lives and ~$15 million in prophylaxis costs over the next ten years.</p> <p>Conclusions/Significance: The elimination of rabies from Bali will not be achieved through achievable reductions in dog density. To ensure elimination, concerted high coverage, repeated, mass dog vaccination campaigns are necessary and the cooperation of all regions of the island is critical. Momentum is building towards development of a strategy for the global elimination of canine rabies, and this study offers valuable new insights about the dynamics and control of this disease, with immediate practical relevance.</p&gt

    LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORKSHOP PEMBUATAN TAPESTRI DI YAYASAN BUNGA BALI, DENPASAR, BALI

    Get PDF
    Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang wajib dilakukan oleh setiap dosen perguruan tinggi sebagai tenaga pendidik, salah satunya adalah kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah no 37 tahun 2009 tentang beban kerja dosen, maka pengabdian kepada masyarakat wajib dilakukan. Kegiatan pengabdian dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan atau melalui lembaga lain. Berkaitan dengan kewajiban tersebut, maka seluruh dosen Program Studi Kriya dan Program Studi Desain Produk FSRD ISI Denpasar melaksanakn kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Yayasan Bunga Bali – Denpasar, sesuai dengan Surat Tugas yang diberikan oleh Dekan FSRD ISI Denpasar dengan isian bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diberikan izin dan siap disambut dengan baik dari pihak Fakultas dan Yayasan. Pada pelaksanaannya dikemas dalam bentuk workshop merajut benang menjadi bentuk-bentuk Tapestri. Pengabdian ini merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam mengembangkan bakat dan keterampilan para penyandang disabilitas di Yayasan Bunga Bali Denpasar di bidang tekstil (menganyam), dengan harapan keahlian yang diajarkan dapat dimanfaatkan oleh mereka sebagai bekal dalam mengarungi gelombang kehidupan. Selain itu dengan penguasaan keterampilan yang telah dipelajari, akan bisa memberikan harapan kepada mereka untuk dapat hidup secara mandir

    Dinamika Kualitas Udara Ambien Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Kawasan Indonesia Tourism Development Corporation Nusa Dua Bali

    Full text link
    The Covid-19 pandemic has increased the improvement of air quality in various countries in the world, such as China, Italy, New York, India, Spain and Korea. This study aims to compare ambient air quality during the Covid-19 pandemic with new normal and normal periods, assess the effect of meteorological factors on ambient air quality, and map the spatial distribution of ambient air quality during the normal, Covid-19 pandemic and new normal in the ITDC Nusa Dua area. Air concentration parameter data and meteorological factors were collected using the midget impinger and direct reading method in 2019 (normal period), March and May 2020 (Covid-19 pandemic period) and July, September, and November 2020 (new normal period). Furthermore, comparing air quality using the Anova test, assessing the effect of meteorological factors on air quality using a linear regression test, and mapping the distribution of ambient air using the ArcGis 10.8 application. The analysis showed that the air quality during the Covid-19 pandemic and the new normal was significantly different from the normal period. The concentrations of SO2, NO2, NH3, CO, TSP and H2S during the Covid-19 pandemic and normal just decreased while the O3 concentration increased compared to the normal period. The meteorological factor that affects air quality is the wind speed, the higher the wind speed the lower the O3 concentration. Map of the distribution of spatial concentrations of SO2, NO2, NH3, CO, O3 and H2S in the normal, Covid-19 pandemic and new normal, lowest at the coast point of the peninsula and the highest distribution at the ITDC roundabout, bima statue or influence TSP is the highest spatial concentration of normal distribution at the ITDC roundabout and the bima statue, while the Covid-19 pandemic and normal are only at the coast point of the peninsula beach

    Prabangkara Jurnal Seni Rupa Dan Desain Tahun 2012

    No full text
    PEMANFAATANINTERNETDALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Putu Agus Bratayadnya Jurusan Fotografi Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia. Abstrak Jaman sekarang ini, penggunaan internet adalah suatu keharusan. Internet adalah salah satu perkembangan penting dan kita hams menguasai di era globalisasi. Ada banyak orang dewasa yang tidak dapat menggunakan internet dan menurut UNESCO bahwa yang mahasiswa yang telah lulus dari Universitas harus memiliki kemampuan untuk beresonansi dengan teknologi terbaru sehingga akan berguna dalam bidang pekerjaan dan internet adalah salah satu contohnya. Selain itu, bahasa Inggris adalah salah satu hal penting di Universitas dan di internet, ada banyak bahan dan contoh untuk kursus ini. Kenaikan fenomena ketika internet tidak digunakan untuk mencari beberapa bahan dan contoh dalam pelajaran bahasa Inggris. Jadi penelitian ini bertujuan untuk menemukan manfaat dari penggunaan internet di kelas bahasa Inggris di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Seni Indonesia. Abstract Nowdays, The using of internet is a must. Internet is one of important development that we must be mastering in this globalization era. There are a lot of adult people that can not use the internet and according to UNESCO that the university graduated students must have ability to resonate with the newest technology so its will be useful in job field and internet is one of the example. Besides this, English is one of important lecture in University and in internet, there are many materials and examples for this course. A phenomenon rise when internet do not use for looking some materials and examples of English subject. So this research has purpose to find the benefit of the using Internet on English class in Faculty of Fine Arts and Design of Indonesian Institute of the Arts. Keywords: Internet, English lecture and photography class. DOMINASI ORNAMEN PATRA PUNGGEL PADA BANGUNAN WADAH/BADE I Gusti Ngurab Agung Jaya CK. Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia. Abstrak Bentuk penyederhanaan garnbar tumbuhan dengan tidak meninggalkan sifat khusus tumbuh-tumbuhan yang di gambar. Usaha menyederhanaan bentuk itu disebut mengubah atau menstilir jenis tumbuh-tumbuhan yang di gubah, untuk kepentingan seni ukir, antara lain daun ganggeng, daun warn, batang tumbuh-tumbuhan yang merarnbat atau menjalar, disebut "lung'. Disarnping itu bunga buah juga banyak yang di gubah. Ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan menjadi motif pokoknya, adalah batang dan daun yang di gubah melilit atau melengkung oleh karena itulah, maka "lung' atau "gelung", Ini biasanya di lengkapi dengan motif-motif tumbuhan, yang berukuran lebih kecil sebagai isian bidang di sekitar, yang di gubah dari kuncup daun atau kuncup bunga yang disebut "angkup". Kadang- kadang gubahan dari sekuntum bunga yang sedang kembang disebut "ceplok". Angkup dimaksudkan juga untuk menyebut lipatan daun atau daun yang melengkup pada yang lain. Bentuk dasar lingkingan tumbuhan paku, jenis flora, dengan lengkung- lengkung daun muda, tumbuhan paku. Bagian dari ini terdiri dari susunan dari batun poh (biji mangga), potongan lingkingan tumbuhan paku, jengger siap (Jengger ayarn), ampas nangka (Kulit nangka), kuping guling (telinga babi), pepusuhan(tunas mudah), dan uti! (ekor kalajengking). Pengulangan dengan lengkung timbal balik, atau searah pada gegodeg hiasan sudut- sudut atap bangunan, dapat pula dengan pola mengarnbang untuk bidang-bidang lebar, bervariasi atau kombinasi dengan patra-patra yang lainnya. Ia merupakan patra yamg paling banyak di gunakan. Selain bentuknya yang mumi sebagai patra, patra umumnya melengkapi segala bentuk kekarangan (patra dari jenis fauna), hiasan bagian lidah naga. Patra api-apian ekor singa dan hiasan-hiasan pelengkap. Hiasan di lihat dari segi etomologi, memberikan gambaran yang lengkap sangat di perlukan. Bermacam-macam corak dan bermacam-macam teknik serta penggunaannya. Ada berupa bentuk, jenis, bahan, dan penggunaan hiasan. Di lihat dari segi bentuk, ternyata ada yang menggunakan bentuk dua dimensional seperti: Hiasan pada tembok, kertas dan sebagainya Abstract The simplification of image for plants without leaving the specific characteristic of the plants on the image. The attempt of simplified the form is called changed or menstilir the types of the plantos on the image. To the sculture benefit, such as ganggeng leaves, waru leaves, the stems of plants which is propagate or spread called "lung". Beside that the flower of fruit are also changed. The plants carving becomes the main motive, which are stem and leaves are changed, twisted or curved therefore, it is called "lung" or "gelung". This is usual compeleted by some plant motives which is in the small size as the entries field around, which is changed from leaf buds and flower which is called "angkup". Sometimes the change of one flower bud which is blooming called "ceplok". Angkup represent the folded leaves or the leaves which is curled up. The basic form is ferns, as the flora, with arches of young leaves, ferns. Part of this is composed of stacks of Batun Poh (mango seed), ferns pieces, jengger siap (Combs chicken), ampas nangka (jackfruit pulp), kuping guling(pig ears), pepusuhan (young seed), and util (tail scorpion). Repetition of the reciprocal curve, or direction on the comers ornaments gegodeg roof of the building, can also be a floating pattern for wide areas, varied or combined with other patra-patra. It is the most widely of patra in use. In addition to its pure form as patra, patra generally complete all forms for kekarangan (patra of fauna species), the ornate dragon's tongue. Patra by fire, lions and ornaments complement. Viewed in terms of decoration etomologi, providing a complete picture is in need. A variety of styles and a variety of techniques and their use. There is a form, type, material, and the use of decoration. Viewed in terms of form, it turns out there are using two-dimensional shape such as decoration on walls, paper and so on Keywords: dominasi, Patra Punggel, Bangunan wadah/Bade KARYA ARSITEKTUR TANPA KEHADIRAN SEORANG ARSITEK PROFESIONAL Ida Ayu Dyah Maharani Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Tulisan ini merupakan deskripsi karya-karya arsitektur yang tercipta bukan dari pemikiran para arsitek profesional atau para arsitek yang telah sempat mengenyam pendidikan formal atau akademik tentang arsitektur (architecture without architects). Terutama dalam hal ini ingin diketahui apa saja di balik desain- desain bangunan ini sehingga dapat terwujud yang walaupun tanpa adanya arsitek profesional, namun karya-karya ini tetap memiliki citra dan guna bangunan, dan eksistensinya dari dulu hingga kini masih terjaga dengan baik, bahkan masih mentradisi. Tulisan ini dibatasi dengan membandingkan dua karya architecture without architects di Yunani yang mewakili karya arsitektur dari negara-negara barat, dengan dua karya architecture without architects yang terdapat di desa Pinggan - Bali dan Kampung Naga - Jawa Barat yang mewakili karya arsitektur dari Indonesia. Pembahasan pun dilakukan terbatas pada bangunan-bangunan beserta fasilitas-fasilitasnya yang terdapat pada sebuah permukiman. Dalam tulisan ini dilakukan pengamatan terhadap karya-karya arsitektur yang tercipta bukan dari pemikiran para arsitek profesional atau para arsitek yang telah sempat mengenyam pendidikan formal tentang arsitektur. Seperti telah diketahui bahwa terdapat tujuh jenis pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan riset desain yaitu tipelogi, studi banding, historis, content analysis, antropology, material dan semiotik. Dalam tulisan ini menggunakan dua pendekatan yang ada. Pertama, dengan pendekatan studi banding antara dua karya architecture without architects di Yunani yang mewakili karya arsitektur dari negara-negara barat, dengan dua karya architecture without architects yang terdapat di desa Pinggan - Bali dan Kampung Naga - Jawa Barat yang mewakili karya arsitektur dari Indonesia. Kedua, dengan pendekatan antropiogy, yaitu dengan melihat dasar pemikiran, keyakinan dan latar belakang terciptanya desain bangunan tersebut Abstract This paper is a description of the architectural masterpieces that are created instead of thinking of a professional architect or architects who have had formal education or academic about architecture (architecture without architects). Especially in this case we want to know what behind these building designs that can be realized that even in the absence of a professional architect, but these works still have the images and to build, and the existence of the past until now still well preserved, even still in tradition. This paper is restricted to comparing the two works of architecture without architects in Greece representing the architecture of the western countries, with two works of architecture without architects dish located in the village - Kampung Bali and Naga - West Java, which represents the architecture of Indonesia. The discussion was limited on the buildings along its facilities located in a settlement. In this paper carried out observations on the works of architecture that is created instead of thinking of a professional architect or architects who have had formal education about architecture. As it is known that there are seven types of approaches that can be done in a research design that is tipelogi, comparative studies, historical, content analysis, anthropology, material and semiotic. In this paper using two existing approaches. First, the approach to comparative studies between the two works of architecture without architects in Greece representing the architecture of the western countries, with two works of architecture without architects dish located in the village - Kampung Bali and Naga - West Java, which represents the architecture of Indonesia. Secondly, with antroplogy approach, namely by looking at the rationale, background beliefs and the creation of the building design Keyword: Karya arsitektur, tradisi.dan arsitek RAGAM HIAS GEOMETRIS SEBAGAI PENYELARAS DALAM BENDAPAKAI I Made Sumantra Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia Abstrak Ragam hias berfungsi sebagai penambah keindahan pada suatu benda, namun di balik itu ragam hias mempunyai fungsi multi demensi. Sebuah ragam hias tercipta banyak mengusung makna sesuai dengan orientasi penciptanya yang bertalian dengan motif, bentuk, serta fungsinya. Secara konstektual ragam hias mengandung muatan nilai-nilai estetis sebagai ekspresi seorang kriyawan untuk menambah artistik suatu benda atau untuk menemukan identitasnya dalam berkarya,dan secara tekstual ragam hias mengemban muatan filosofis Abstract Decoration serve as an addition to an object of beauty, but beside that it has a decorative multi-dimensional functions. A decoration created carries a lot of meaning according to its creators orientation related to the motive, form and function. Contextualy the decoration contains aesthetic values as an expression of artistic men to add an object or to find an identity in the work, and textualy content of philosophical ornaments Keywords: Ragam hias, kriyawan, dan benda pakai ENKULTURASI DAN MASALAH GENDER PADA INDUSTRI KAIN TENUN DI KELURAHAN SANGKAR AGUNG KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA Putu Sukardja Abstrak Masyarakat Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, sampai saat ini masih mempertahankan dan melestarikan pengetahuan dan keterampilan menenun. Proses enkulturasi yang berhubungan dengan aktivitas menenun masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu anak-anak perempuan belajar dari ibunya atau dari kerabat lainnya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menenun. Proses enkulturasi menimbulkan beberapa bentuk perubahan yang berkaitan dengan masalah gender seperti terbentuknya ruang publik bagi perempuan, terjadinya pembagian kerja laki-Iaki dan perempuan Menenun mempunyai dampak dan rnakna yang dapat menggeser beberapa nilai dalam kehidupan masyarakat di kelurahan Sangkaragung. Dinamika sosial budaya dalam konteks gender menimbulkan berbagai konskuensi terhadap perempuan bekerja. Keterikatan kultural juga mempengaruhi ideologi gender di kelurahan Sangkarang. Nilai-nilai patriarki masih berpengaruh sangat kuat terhadap gagasan makna dan praktik sosial yang berhubungan dengan gender. Jdeologi gender yang terwujud dalam bentuk nilai-nilai seharusnya dipergunakan untuk membentuk kondisi-kondisi nyata dalam kehidupan sehingga menghasilkan pengertian dan pengetahuan, tetapi justru difungsikan untuk menyembunyikan berbagai kontradiksi atau ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat terse but Abstract Sangkaragung Village Community, Negara district, Jembrana regency, is still maintaining and preserving the knowledge and skills of weaving. Enculturation process associated with the activity of weaving is still done the traditional way girls learn from their mothers or other relatives who have the knowledge and skills of weaving. Enculturation process poses some form of change related to gender issues such as the formation of public space for women, the division of labor of men and women weaving having an impact and meaning that could shift some of the values in public life in the village Sangkaragung. Socio- cultural dynamics within the context of gender cause many konskuensi against women working. Cultural attachment also affect gender ideology in the village Sangkarang. Patriarchal values still have a powerful influence on the notion of meaning and social practices related to gender. Gender ideology embodied in the values should be used to establish the real conditions of life so as to produce understanding and knowledge, but rather functioned to conceal contradictions or gaps that occur in the community. Keywords: gender, cultural studies.and enkulturasi. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHISEMAKIN BERKURANGNYA PENGRAJIN PATUNG DI DESA SINGAPADU I Ketut Muryana Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia Abstrak Penelitian ini dikhususkan pada masalah patung yang berbahan dasar kayu di des a Singapadu. Jenis patung yang dibuat di desa Singapadu yaitu patung anoman, petani, nelayan, rama sita, budha, yes us, dan sebagainya. Menjelang tahun 1980-an pemasaran patung mulai mengalami suatu kelesuan, karena para pengusaha patung dan pengrajin patung mengalami kesulitan untuk menjual patungnya. Lesunya pasaran patung juga disebabkan karena pengiriman ke luar negeri tidak lancar. Semakin berkurangnya pengrajin patung di desa Singapadu, di samping disebabkan oleh pasaran patung yang lesu, juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Dari uraian dalam penelitian ini, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: pertama, semakin berkurangnya pengrajin patung di desa Singapadu yang disebabkan oleh pasaran patung yang lesu. Kedua, disebabkan tidak adanya pengusaha yang menampung basil karya patung. Ketiga, proses pembuatan memakan waktu lama. Keempat, para pengrajin didesak dengan tuntutan ekonomi yang semakin sulit Kata kunci: Patung dan Faktor pengaruh

    Lessons for rabies control and elimination programmes: a decade of One Health experience from Bali, Indonesia

    No full text
    This Review discusses the advancements made and challenges remaining in One Health around endemic and emerging zoonotic diseases, food safety and food security, antimicrobial resistance, wildlife diseases, and other issues that impact health such as poverty. It highlights the added value of using a One Health approach to coordinate, collaborate, and communicate across multiple sectors and disciplines to address complex health threats at the human-animal-environment interface with the goal of improving health for all. This issue also provides innovative ideas to apply a One Health approach toward the following areas: strengthening human and animal health systems, One Health mechanisms and activities to enhance subnational, national, regional, and global health, synergising tools for capacity assessment and One Health operationalisation across sectors, better integrating wildlife and environmental health, disaster response, reduction of poverty, prevention and control of zoonoses, and progress toward rabies elimination. Collaboration using One Health principles could greatly increase trusted networks for coordination across sectors, help improve global health outcomes, and reduce health threats. Barriers to One Health can be significant and typically include institutional capabilities and culture, poor communication and information sharing across sectors, limited personnel resources, and budgetary constraints. Fortunately, the need for multisectoral, One Health collaboration at the local, national, regional, and global levels is being recognized and steps are being taken to implement and operationalise One Health. Multiple success stories of One Health in action exist and provide real-world examples of the benefits of using a multisectoral, One Health approach. This review aims to shine a light on successes, remaining challenges, and implementation of a multisectoral, One Health approach to decrease the global disease burden in people and animals while promoting environmental health

    Key epidemiological and operational variables determining the success of rabies vaccination programmes in terms of the predicted probability of eradication (grey y–axis and line) and time to eradication (black y–axis, medians and 95% PI), showing sensitivity to: (A) the basic reproductive number, <i>R</i><sub>0</sub>, (B) vaccination coverage (achieved at the time and location of the campaign (see Fig. 4)), (C) annual dog population turnover, with conversion into birth/death rate assuming constant population size (birth rates equal to death rates), and (D) duration of immunity provided by vaccine.

    No full text
    <p>Based on 1000 simulations generated using parameters in <a href="http://www.plosntds.org/article/info:doi/10.1371/journal.pntd.0002372#pntd-0002372-t001" target="_blank">Table 1</a> (unless specified) and annual campaigns of the ‘random’ mass vaccination strategy (<a href="http://www.plosntds.org/article/info:doi/10.1371/journal.pntd.0002372#pntd-0002372-t002" target="_blank">Table 2</a>).</p

    Vaccination strategies.

    No full text
    <p>The probability of eradication following: (Ai) 1; (Aii) 2; (Aiii) 3 campaigns under a range of coverages (40, 60, 80%) and inter–campaign intervals (0, 6, 12 months); (Aiv) vaccination as implemented on Bali, and projected from January 2012 when rabies was still circulating. The time to eradication (medians with 95% PI) for a range of: (B) frequencies of human–mediated transport of dogs (<i>p</i> = 0, 0.02 or 0.05) and campaign strategies (<a href="http://www.plosntds.org/article/info:doi/10.1371/journal.pntd.0002372#pntd-0002372-t002" target="_blank">Table 2</a>). 95% PI of the one-month ‘sync’ strategy is highlighted (grey band) for comparison with the six–month strategies; (C) coverages when campaigns last 1 month or 6 months. (D) The probability of eradication with % island area left unvaccinated, made up of either randomly chosen 1 km squares (solid lines) or randomly chosen blocks, and when human-mediated movement of dogs was either infrequent (<i>p</i> = 0.02, grey) or frequent (<i>p</i> = 0.05, black).</p
    corecore